
OJK melihat industri asuransi tumbuh di tengah pandemi Pembicara dalam seminar Insurance Resource Center bertajuk “Bagaimana Menavigasi Asuransi Saat Pandemi” pada hari Senin (searah jarum jam dari kiri atas) Pembina Keuangan Philip Mulyana, Jurnalis “Insurance Resource Center” Vela Andapita, Prudential Life Indonesia dan Kepala Pengawas Lembaga Keuangan Nonbank Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Ahmad Nasrullah dan Kepala Pemasaran Prudential Life Indonesia.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah melihat peningkatan kesadaran akan kebutuhan produk asuransi di kalangan masyarakat karena pandemi COVID-19.
Menurut Ahmad Nasrullah, Kepala Pengawas Lembaga Keuangan Nonbank OJK, asuransi akan menjadi platform keuangan pilihan setelah wabah baru virus corona karena mengubah persepsi tentang keamanan finansial dan kesadaran kesehatan.
“Pandemi dan gejolak ekonomi telah mengubah perspektif perencanaan keuangan. Itu harus menjadi keterampilan hidup dasar, ”kata Ahmad dalam webinar The Jakarta Post Jakpost Up Close, bertajuk“ Bagaimana menavigasi asuransi saat pandemi ”, Senin.
Perkiraan pemerintah menunjukkan sekitar 5,5 juta orang akan menganggur tahun ini, tingkat 8,1 hingga 9,2 persen, naik dari tingkat pengangguran 5,28 persen tahun lalu.
Akibatnya, diperkirakan 12,7 juta orang menganggur pada 2021, naik dari 7,05 juta orang pada 2019. Skenario dasar pemerintah untuk tahun depan memproyeksikan tingkat pengangguran antara 7,7 dan 9,1 persen.
Pertumbuhan ekonomi mencapai 2,97 persen pada kuartal pertama, laju paling lambat dalam 19 tahun, lihat disini untuk daftar tabel lengkap pertumbuhan indonesia.
Lebih buruk lagi, rawat inap karena COVID-19 atau penyakit lain juga bisa berarti kerugian finansial yang sangat besar bagi seseorang.

Edukasi konsumen
Namun, karena kurangnya pengetahuan finansial di kalangan masyarakat Indonesia, banyak orang masih tidak tahu produk asuransi mana yang harus mereka beli dan skema mana yang harus mereka pilih.
Edukasi konsumen adalah kunci untuk meningkatkan kesadaran tentang bagaimana berbagai produk asuransi melindungi aset pribadi, terutama di tengah situasi sosial ekonomi berisiko tinggi seperti wabah virus corona yang sedang kita hadapi.
Konsumen perlu dibekali dengan pengetahuan tentang jenis produk asuransi yang tersedia, ragam dan variasi produk ini, serta perlindungan yang ditawarkan produk ini untuk aset mereka, berdasarkan profil risiko individual dan tujuan keuangan pribadi mereka.
Di tengah risikonya, masyarakat yang dulunya meremehkan kesehatan, keuangan, dan keamanan materiil kini telah mendapatkan kesadaran akan pentingnya melindungi asetnya. Mengambil asuransi adalah salah satu solusinya.
Mengutip studi McKinsey tentang kebiasaan belanja konsumen China, Ahmad mencatat bagaimana penjualan asuransi kesehatan meningkat karena meningkatnya kesadaran, yang tercermin dalam pertumbuhan 17 persen tahun-ke-tahun (yoy) pada kuartal pertama tahun ini.
“Masyarakat mulai membeli produk asuransi sebagai bagian dari mitigasi risiko untuk masa depan mereka,” kata Ahmad.
Peningkatan ini terjadi karena sektor keuangan yang terpukul parah dan daya beli yang menurun, yang membuat orang sulit membeli produk keuangan, kata Ahmad.
Pengeluaran untuk asuransi masih rendah di Indonesia. Dengan 1,79 persen dari produk domestik bruto (PDB) negara, pengeluaran asuransi Indonesia jauh lebih rendah daripada rata-rata anggota Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD), menurut data OECD.
Baca juga : Apakah Prudential Mengcover Nasabah yang Terinfeksi Virus Corona?
Dengan adanya langkah social distancing untuk membatasi penyebaran COVID-19, OJK mengeluarkan peraturan yang memperbolehkan perusahaan asuransi menjual produknya secara digital. Enam puluh satu perusahaan asuransi jiwa saat ini terdaftar di OJK.